Sunday, January 20, 2013

Berbahayanya Lirik Lagu !!!


Lirik lagu bukanlah sesuatu yang bisa kita anggap remeh. Ketika sebuah band mulai memiliki banyak pendengar maupun penggemar (fans) maka saat itu pula kepeminatan mereka akan semakin meningkat terhadap band tersebut. Mereka tidak hanya menyukai bagaimana performance band itu diatas panggung saja, namun mereka bisa sampai mengamati, mencintai bahkan meniru perilaku dan lifestyle band tersebut. Yang paling tinggi adalah sampai menghamba kepada band-band/musisi yang mereka cintai itu.
Terlepas dari pembahasan haramnya kita mengangkat makhluk-makhluk Allah Swt sebagai idola atau bahkan ‘sesembahan’, ketika seorang ‘fans’ dari sebuah band atau musisi pada tahapan ‘menyukai’, mereka akan sedikit demi sedikit mengamati dan mengikuti apapun yang dilakukan oleh band tersebut (personelnya-ed). Termasuk apa yang dikatakan diatas panggung, teks-teks yang ada di dalam albumnya, artwork-artworknya dan satu lagi yang terpenting adalah lirik lagunya.
Lirik lagu –terserah bagi siapapun yang mengaku tidak serius dalam membuatnya– tetap akan menjadi representasi secara ideologis dari band tersebut. Maka jangan sekali-kali meremehkan penulisan lirik. Karena ketika penulis lirik melakukannya asal-asalan, tidak serius, atau menjadikan isu-isu yang seharusnya tergolong berbahaya lalu disampaikan atas alasan ‘main-main’ saja, maka tetap saja akan memberikan dampak negatif (destruktif) kepada moral dan adab para penggemarnya.
Tentu audiens tidak semuanya sama dalam menanggapi isi lirik lagu. Ada yang tahu bahwa itu sekedar main-main saja, ada juga yang menganggap setiap apa yang dibicarakan dalam lagu itu sebagai hal yang serius yang berasal dari hati penulis liriknya. Komentar saya, jika memang ada yang tergolong dalam kategori kedua, yaitu orang yang menganggap setiap lirik adalah berasal dari dalam hati penulisnya dan itu diikuti, dianut, dan mempengaruhi cara berpikir dan gaya hidupnya maka yang patut dipersalahkan adalah band itu sekaligus penggemarnya yang bodoh. Pertama, karena band/musisi ikut bertanggung jawab atas kerusakan moral dan adab para penggemarnya. Kedua, dalam sebagian porsinya, jelas para penggemarnya pun juga memikul kesalahan dan kebodohan dia sendiri karena mengikuti hal-hal yang jelas-jelas merusak.
Lalu bagaimana jika para penggemar ikut-ikutan pemikiran dan gaya hidup musisi idolanya karena hanya ingin terlihat ‘cool’?
Menurut saya, itu tetap saja salah. Bagaimana mungkin hal yang negatif, yang berpotensi merusak moral dan adab manusia bisa dianggap hal biasa dan main-main saja? Apalagi dengan niatan ingin terlihat ‘cool’. Jelas tidak bisa dianggap remeh!
Seperti pernyataan konyol yang dikatakan oleh bassis band deathmetal legendaris dunia Cannibal Corpse, Alex Webster ketika ditanya mengapa bandnya menggunakan artwork-artwork, lirik, dan mengangkat isu-isu dengan kalimat-kalimat yang ‘kontroversial’ (bermuatan negatif seperti kekerasan, gore, pembunuhan, dll) dalam setiap album mereka, dia menjawab seperti ini:
“Ya, sudah banyak terjadi kontroversi yang berhubungan dengan lirik dan citra kami, ….Kami mengusung horor, tapi kami selalu melihatnya dengan sudut pandang bahwa kami tidak mempromosikan kekerasan nyata dalam kehidupan kami, kami menentang kekerasan tersebut, dan kami tidak ingin siapapun yang terluka atau semacamnya.”(Sumber: Rollingstone)
Dari statement itu jelas bahwa band sebesar dan setenar Cannibal Corpse saja ternyata menjadikan lirik yang berbau negatifitas seperti kekerasan, setan, gore, dosa, sebagai hal yang main-main saja. Mereka mengatakan hal negatif sedangkan mereka sendiri menentangnya. Lalu siapa yang bisa menjamin para fans mereka tahu bahwa sebenarnya mereka hanya main-main ketika menuliskan lirik dan menyanyikannya diatas panggung?? Siapa juga yang menjamin setiap tindak kekerasan, alkohol, sex, dan jauhnya para fans dari moralitas yang benar setelah melihat konser mereka dapat dihindari? Ini benar-benar pernyataan konyol dari personel band metal skala dunia yang sama sekali tidak bertanggungjawab!
Dalam penjelasannya, Alex Webster melanjutkan:
“Tapi untuk menghibur dengan hal-hal fantasi menurut saya tidak apa-apa, seperti saya suka film horor karena saya sadar itu hanya sebuah film, sama halnya seperti video game, kamu menembak satu sama lain di medan perang, menyenangkan karena tidak ada yang terluka secara nyata. Menurut saya kekerasan kemungkinan adalah suatu hal yang sedikit lebih alami dan segala sesuatu yang oleh orang beradab ditempatkan jauh-jauh. Tapi kamu bisa mengeluarkan hal yang positif dengan melakukan sesuatu yang agresif, olahraga agresif seperti kickboxing atau lainnya, tergantung cara masing-masing orang yang berbeda untuk mengeluarkan agresifitasnya keluar dari sistem kamu dengan hal positif. Musik yang agresif tidak ada bedanya seperti olahraga atau video game. Bagi para kritikus yang kurang kritis terhadap yang kami lakukan, mereka cukup datang ke konser kami dan lihat sendiri apa yang terjadi, penonton bersenang-senang mendengarkan musik kami, dan itu adalah hal yang positif. Jadi yang dari luar terlihat negatif juga bisa memberikan sesuatu yang positif.” (Sumber: Rollingstone)
Adakah yang lebih konyol dari pernyataan di atas? Bagaimana mungkin lirik-lirik lagu dan konser-konser deathmetal dianalogikan dengan olahraga kickboxing dan video game?? Bagaimana mungkin mendatangi konser Cannibal Corpse dan mendengarkan mereka manggung adalah hal yang positif? Tahu nggak kalau judul-judul albumnya saja, mereka memakai istilah-istilah yang mengerikan dan mengundang kengerian ketika membacanya. Sama sekali tidak punya dampak positif sama sekali. Seperti Butchered at Birth (Disembelih Saat Lahir)atau Tomb of the Mutilated (Kuburan Para Korban Mutilasi). Silakan dinilai saja sendiri mana sisi positifnya. Jika masih ada yang ngeyel, ya makan aja tuh Mayat Kanibal!



Copas via : Underground Tauhid